Kamis, 30 Mei 2013

Arti Teman di Balik Sorotan Mata Lensa

Posted by Unknown on 20.51

Kehidupan mahasiswa tidak pernah luput dari pada tugas. Kuliah adalah prioritas utama bagi mahasiwa dan tugas ibarat momok tersendiri, terlebih hendak menjelang UAS.
Sangat pusing apabila menjadi mahasiswa pemalas seperti gw. Seriuss broo..haha.
Tugas selalu gw tumpuk-tumpuk, gw selalu berfikir “ahh lebay jadi guru SD seperti ini gak akan di ajarkan tuh” selalu saja fikiran seperti itu gw ulang-ulang. Hingga gw panik sendiri gw bingung kepada siapa gw hendak berguru? kepada siapa gw hendak belajar? Siapakah malaikat Tuhan yang hendak mengajarkan gw?
Gw bukanlah mahasiwa kost-kostan. Gw kalo ngampus pulang pergi, jarak dari rumah ke kampus hanya 20 menit itupun kalo lo bawa motor dengan kecepatan 80-100km/h. Kebayangkan ? wajar kalo gw dateng ke kampus langsung di kerokin..Haha. Maka dari itu kalo ada tugas gw paling sedih dan apalagi kalo tugas itu gw paling gak ngerti..ahh ya Tuhan berapa jarak lagi yang harus hambamu tempuh ini. gw pacu motor gw pergi ke kost-kost.an temen.
Oyaa..di kelas gw jadi kaum minoritas dan terdiskriminasikan karna banyaknya kaum hawa di bandingkan kaum adam. Setiap orang mempunyai kelompok belajarnya masing-masing, gw sedih bro karna terkadang gak sedikit orang menolak kehadiran gw. Sesekali gw berjalan di tengah rintikan air hujan sambil berucap dalam hati “ya Tuhan ternyata kehidupan kuliah berbeda dengan masa-masa SMA” sejenak gw merindukan masa-masa itu tapi hidup itu terus berjalan ke depan.
Dan tak jarang juga kehadiran gw membawa arti warna tersendiri bagi mereka yang welcome tehadap gw ..haha. Suatu ketika gw hendak mengerjakan pembuatan topeng, gw bingung nih bro sebelumnya gw gak pernah membuat topeng sama sekali dan gw terdidik bukan untuk membuat topeng. Hingga akhirnya beberapa orang menawarkan untuk bekerja-sama untuk mebuat topeng dan tentu saja tawaran itu gak akan gw tolak..hehe.
Selangkah demi langkah gw ayunkan kaki ini. cukup jauh memang untuk menuju lokasi kost.an medan yang curam dan berair menjadi kendala tersendiri tapi itu gak menyurutkan kaki gw dan keempat teman gw yang lainnya. Dengan beban tas yang di gendongpun cukup berat tapi itu menjadi kenikmatan tersendiri, ketika kaki ini lelah melangkah maka kami keluarkan botol air minum yang ada dalam tas kami, tak jarang keringetpun bercucuran mengalir dengan lembut ke leher.
 Hingga akhirnya kamipun sampai dengan selamat di lokasi dan bergegas membuat topeng











Setelah selesai membuat topeng dan topengpun kemudian berganti tahap untuk di jemur.
Sambil nunggu di jemur sejenak gw nikmatin tahu gejrot dulu bro setelah tangan ini cukup lelah mengerjakan topeng..haha.











Hingga akhirnya gw bergegas pulang dan menuju lokasi berikutnya.
***
Di lokasi berikutnya ketika hendak menuju kantin handphone gw sedikit bergetar dan gw liat “1 new massage received” setelah gw buka dan gw baca “bro di tunggu di kost.an a*** kita ngerjain tugas statistik bareng” hati gw langsung berbunga-bunga. Gimana enggak bro? statistik itu berbau-bau seperti matematika dan matematika adalah sesutau hal yang paling gw takutkan no 3 di dunia. Di bawah Tuhan dan orang tua tentu saja..haha.
Dan akhirnya gw langsung bergegas ke kost.an tersebut. Sesampainya di kost.an sudah ramai mereka sedang makan nasi goreng buatann..ehem..ehemm..haha.
Nextt..
Langsung kita mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. Ehhk gw gak bawa secarik kertas dan pulpen hingga akhirnya gw minta dan minjem dan tak ayal gw mendapatkan celetukan “gak modal banget lo..hha”
Ini adalah foto di saat kita belajar bareng










 










Setelah berkutat-kutat dengan soal dengan sangat sengit akhinya test formatif 1 pun terselesaikan tapi masih ada 3 test formatif lagi. Fiuhh..
Tapi terima kasih untuk teman-teman semua hari ini.
Kebaikan kalian gw abadikan dalam tulisan coretan tinta hitam yang gw abadikan dalam sebuah blog J


Senin, 27 Mei 2013

Putri Kecilku Berlari Menjemput Maut

Posted by Unknown on 19.45



Semua yang diberikan Tuhan akan kembali kepada-NYA. Jika sudah ditakdirkan, buah hati, anugrah terbesar yang dititipkan Nya untuk dirawat dan dibesarkan, pun bisa terenggut dari tangan orang tuanya.

Seperti yang dialami pasangan M. Denny Abe (32) dan Henna Hennyastuty (30), yang harus ikhlas melepas kepergian putri pertama mereka, Norifumi Sophie Rachmania (2 tahun 8 bulan), akibat ditabrak mobil. Berikut ini penuturan Henna, ibunda Sophie, mengenang masa-masa indah bersama sang buah hati.

TANGAN MUNGIL ITU TAK SEMPAT KURAIH ....

Saat mendapat berita gembira ttg kehamilan pertamaku, aku bersama suami langsung sujud syukur. Pada 12 Desember 2000, putriku lahir. Rasanya aku mengalami kebahagiaan yg tiada tara. Ia adalah sosok mngil pemberi semangat, sekaligus penghibur dalam kehidupan kami yg pas-pasan kala itu. Demi dialah kami bertahan menjalani hari demi hari.

Hidup kami rasanya makin lengkap dengan keberadaannya. APalagi, ditambah kehadiran anak kami yg kedua, M. Noriyuki Fachrurazi atau Yuki (1,6). Kehidupan keluarga kami terasa kian harmonis. Setiap akhir pekan, kami sekeluarga selalu pergi berjalan-jalan. Entah itu ke arena permainan anak-anak, ke mal, atau hanya makan bersama di restoran siap saji.

Sampai pada suatu akhir pekan kelabu itu, yang membuat acara akhir pekan kami tak bisa lagi sama. Hidup kami rasanya langsung jungkir balik…. Sabtu sore (30/08) itu, kami tidak langsung pergi jalan-jalan. Berhubung minggu depannya ada saudara yang akan menikah, aku mengajak singgah ke tempat penjahit langganan terlebih dahulu yang terletak di Jalan Sawo Kecik, Bukit Duri, Jakarta.

Sebetulnya yg turun di situ cukup aku saja. Tapi, Sophie bersama tantenya (adikku) ikut turun. Yuki tinggal di mobil bersama suamiku. Jalanan disekitar tempat itu memang tidak terlalu lebar, hanya tiga meter.

Lokasinya, sih, lebih mirip gang, tapi mobil bisa lewat dari dua arah, meskipun mepet. Jalan itu, kecil tanpa trotoar, tapi suasananya ‘hidup’. Kendaraan umum seperti mikrolet banyak yang melewati jalan itu.

Ketika aku sedang asyik menerangkan design baju yg kuinginkan pada penjahit, adikku berkata, “Teh, aku ambil Yuki dulu, ya,” ucapnya. Aku mengiyakan saja. Sayangnya, aku tidak menyangka Sophie mengikuti tantenya. Sekilas aku masih melihat Sophie menyusul langkah adikku.

Ternyata, setelah aku lihat lebih jelas, adikku sudah berada di seberang jalan, sedangkan Sophie baru saja hendak menuju ke jalan. Secepatnya, aku mencoba menyusul dan berusaha meraih tanggannya. Belum sempat kuraih, dia terus berjalan. Dalam hati, aku berdoa, semoga tidak ada mobil yang lewat. Perasaanku pun deg-degan.

Tiba-tiba, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi datang. Buum! Tubuh Sophie dihantamnya, tepat di depan mataku. Ya Tuhan….! Hanya selang beberapa detik, aku melihat tubuh Sophie terpental sekitar 50 meter di depan mobil tadi. Belum sempat aku berbuat apa-apa, mobil yang melaju itu – sepertinya pengemudinya tidak bisa mengerem – kembali menerjang tubuh anakku yang terbaring di jalan. Melihat kejadian itu, tak kuasa aku untuk berteriak, walaupun hatiku menjerit kencang. Aku seperti dipaku ditempat. Shock!

Peristiwa itu terjadi di depan mata kami semua: aku, suami, anakku, dan adikku. Kami lantas berlarian kearahnya. pedih sekali rasanya melihat bidadari kecilku berlumuran darah, merintih kesakitan sambil mengucap dengang lirih,”Ayah…Ayah…Ayah…”

Kami berebut masuk ke mobil, melarikannya secepat mungkin ke Rumah Sakit Mitra Internasional di Kampung Melayu yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kejadian. Sepintas, aku masih melihat mobil yang menabraknya tidak bergerak. Pengendaranya, seorang wanita berusia kurang dari 40 tahun, terlihat masih Shock. Suamiku mengklakson mobilnya berulang-ulang agar menepi, memberi jalan buat kendaraan kami.

Akhirnya dengan bantuan orang-orang disekitar lokasi itu, mobil wanita tersebut bisa dipinggirkan. Di mobil, Sophie masih dalam keadaan sadar. Dia terus merintih. Wajahnya kebam-lebam. Aku tahu, betapa sakitnya dia. Melihat itu, rasanya aku ingin mati saja. Aku cuma bisa bilang, “Kakak tahan, ya,” untuk menenangkannya.

MIMPI BURUK DUA MALAM BERTURUT-TURUT ...

Sampai di rumah sakit, Sophie langsung masuk ke ruang UGD dan mendapat perawatan intensif. Kami bersyukur Sophie dapat ditangani dengan cepat, tanpa harus melewati prosedur segala macam. Aku terus menagis sambil menunggu kepastian dari dokter. Perasaanku galau.

Beberapa jam kemudian dokter yang menanganinya keluar dari ruang operasi. “Kondisi anak ibu sangat kritis. Paru-paru kananya pecah, kedua tulang bahunya rontok, tulang rusuk retak, dan di tengkorak pangkal otaknya juga retak. Kami belum bisa berharap banyak,” ujar dr. Antonius, spesialis anak. Setelah mendengar penjelasan itu, pandanganku langsung buram, lututku lemas, dan hati ini rasanya seperti ditusuk-tusuk.

Keluargaku sepertinya sudah pasrah mendengar vonis dokter. Tapi, aku belum menyerah. Aku terus berharap, malaikat mungilku bisa kembali ke pelukanku. Aku terus berdoa agar beberapa opersai yang dijalaninya hari itu mebawa mukjzat. Lewat jendela kamar, kupandangi sosok mungil itu. Sedih sekali melihat tubuhnya harus ‘dilubangi’ untuk mendapat bantuan perawatan dari mesin. Kenapa bukan aku saja yang menggantikannya? kurasakan, air hangat mengalir dari kelopak mataku.

Sambil memandanginya, aku teringat peristiwa Sabtu pagi itu. Ayahnya bercerita tentang mimpi yang dialaminya dua malam berturut-turut. Mungkin itu firasat ayahnya. Mimpi pertama, ayahnya memimpikan Sophie meninggal dunia. Dia melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Padahal, menurut mitos, mimpi itu artinya orang yang dimimpikan malah panjang umur. Malam kedua, dia melihat air bah yang bening, sekitar 50 meter. Dia menyelamtkanku dan sikecil, Yuki. Tapi, Sophie tidak ada. Saat suamiku menceritakan kepadaku, aku hanya tertawa saja, dan mengatakan bahwa itu hanya bunga tidur, tidak berarti apa-apa. Siapa sangka kami akan mengalami hal ini?

Hari Minggu-nya, ternyata masa kritis Sophie bisa dilewati, meskipun 90% fungsi tubuhnya masih dijalankan oleh mesin. Kondisinya belum membaik, tapi harapanku muncul kembali.

Keesokan harinya, fungsi tubuhnya sudah mulai membaik. Paginya, dia hanya mendapat bantuan mesin 40% saja. Siangnya malah lebih baik lagi, hanya 10%. Secara umum, kondisi tubuhnya mulai membaik, jantungnya bekerja sendiri, paru-parunya sudah berfungsi kembali. Rasanya bahagia sekali, sepertinya doa-doaku terjawab.

Sambil menunggui di samping tempat tidurnya, aku sring menyanyikan lagu anak-anak kesayangannya. Sophie memang suka sekali menyanyi. Sepertinya aku juga mendengar suaranya mengikuti irama lagu yang kunyanyikan.

Tapi, kebahagiaan tersebut tidak bertahan lama. Ada satu bagian luka yang tidak terlihat oleh dokter. Di bagian otaknya terdapat rembesan darah yang tidak terdeteksi. Hal ini menyebabkan dia kejang dan kondisinya kembali memburuk. hatiku cemas sekali. Aku terus berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesempatan kedua untuk merawatnya lagi. Aku masih yakin, Sophie akan kembali sehat, apalagi aku melihat usaha keras dr. Antonius. Jantungnya masih terus dipompa.

Namun, takdir berkata lain. Saat melihat dia mengembuskan napas terakhir, aku masih belum percaya dia sudah pergi untuk selama-lamanya. Aku terus berteriak, “Kakak pulang, ya. Kakak cepat pulang lagi, ya,” jeritku tidak rela melepasnya. Bude-ku yang sudah lama berada di sampingku berkata sambil menepuk pundakku, “Likat, Sophie tersenyum.” Aku melihatnya. Ternyata benar, dia tersenyum manis. Melihat itu, rasanya aku ingin mendekati untuk memeluknya dan tak akan kulepaskan lagi. Tapi, aku hanya bisa memandanginya dari balik jendela ruang ICU. Akhirnya, tepat pukul 16.40, Sophie dinyatakan telah tiada.

PEMBAWA BERKAH KELUARGA ...

Kini, yang bisa kulakukan hanyalah mengenangnya. Aku masih ingat kala pertama kali menggendongnya di pelukanku. Rasanya bahagia sekali, sekaligus lega, sebab proses kelahirannya tidak semudah yang kubayangkan. Setiap kontraksi, aku hampir pingsan, karena tidak kuat menahan sakit. Tapi, dokter yang membantu persalinanku sangat sabar. Keputusan untuk dioperasi caesar pun sudah di depan mata. Tetapi, tak berapa lama, dengan cara divakum bayi perempuan mungil itu akhirnya keluar juga.

Kami memberinya nama Sophie, sesuai dengan nama dokter yang menolong persalinanku. Norifumi juga nama yang sangat unik, artinya malaikat. Dia memang malaikat kecil kami.

Semua orang dalam keluargaku menyayangi Sophie. Perilakunya yang riang dan lincah selalu membuat hati setiap orang yang melihatnya ikut gembira. Aku sangat bersyukur akan kehadirannya dalam kehidupan kami.

Dia anak yang sangat mengerti orang tua. Tidak banyak permintaan dan selalu menurut kepada orang tuanya.

Sejak bayipun Sophie tergolong anak yang kuat. Tidak gampang jatuh sakit. Saat ayahnya masih bergabung dengan kelompok lawak Padhyangan 6, Sophie selalu menyertai ayahnya manggung. Bahkan, tidak jarang juga dia dibawa keluar kota. Untungnya dia anteng dan tidak rewel. Jadi, semua crew yang ada juga ikut menjagainya. Bisa dibilang, Sophie adalah anak asuhan Padhyangan.

Setelah usianya beranjak 9 bulan, ayahnya mengundurkan diri dari kelompok itu dan hijrah dari Bandung ke Jakarta untuk bekerja di salah satu provider telepon selular. Di Jakarta kehidupan kami makin membaik. kami membangun keluarga ini mulai dari nol.

Tapi, sepertinya, setelah kelahiran Sophie, rezeki selalu saja datang. Makanya, kami sering bilang Sophie itu pembawa berkah dalam keluarga kami. Kadang-kadang, kami menyebutnya secara guyon sebagai ‘anak preman’, karena dia cepat beradaptasi di segala situasi dan kondisi. Diajak naik becak, angkot, motor, hingga sekarang naik mobil pun dia oke-oke saja.

Istimewanya, dia cepat menghafal sesuatu. Walau usianya baru dua tahun lebih, dia sudah hafal banyak lagu. Lagu-lagu dalam satu VCD anak-anak bisa dinyanyikannya semua. Kesukaannya menyanyi ini tidak hanya dilakukan di rumah. Di acara anak-anak, dimana pun, kalau disodori mikrofon, dia langsung tarik suara, tanpa malu.

Sophie sangat dekat dengan ayahnya. Aku tahu, ayahnyalah yang paling merasa kehilangan. Sophielah yang selalu membangunkan ayahnya setiap pagi, lalu membawakan koran dans ecangkir teh. Meskipun sering tumpah di tempat tidur, aku tidak sanggup melarangnya melakukan kebiasaan itu.

Kini, tidak ada lagi suara yang berkata, “Ayah, hati-hati, ya,” sambil melambaikan tangannya dan mengantarkan ayahnya berangkat kerja. Tak ada lagi sapaannya untuk ayahnya via telepon setiap siang. “Ayah cepat pulang, ya,” celotehnya manja.

Beberapa minggu setelah dia pergi, rasa sakit terus menderaku. Apalagi mulai muncul kerinduanku untuk memeluk dan menciumnya. Rindu mendengar celotehannya, rindu menlihat gerak-geriknya, rindu sapaannya. Saking rindunya, aku sering menangis sejadi-jadinya. Akhirnya, aku shalat untuk menenangkan hati.

Banyak orang bilang, anak adalah titipan Tuhan. Tapi, kadangkala aku masih terus bertanya-tanya, mengapa Tuhan mengambilnya terlalu cepat, padahal kami menerima dengan sepenuh hati titipanNya tersebut? Apa dosa kami? Apa kesalahan kami? Tapi, mungkin ini adalah rencana Yang Mahakuasa, karena di sisiNya Sophie pasti lebih bahagia.

Aku mencoba bersikap tegar, walau setiap sudut rumahku selalu mengembalikan kenangan tentang Sophie. Tidak hanya itu. Saat berbelanja, membayar listrik atau telepon, ke bank, atau hanya jalan-jalan di depan rumah, selalu terasa ada dia di sampingku. Karena, ke mana pun aku pergi selama ini, Sophie selalu kuajak. Lucunya, bila diajak ke mal, bukannya dia yang lelah, malah dia yang sering bertanya padaku, “Mama capek?”

Sophie sudah pergi, dan tak ada cara untuk mengembalikannya padaku. Betapapun sakitnya, kami tidak dendam dengan wanita yang menabraknya.

Kami malah menganggapnya saudara. Dia benar-benar bertanggung jawab atas perbuatannya. Selama Sophie dirawat, dia terus berada di rumah sakit, termasuk saat pemakaman. Kami tahu, dia pasti tidak sengaja. Sebab, seperti kami, dia juga shock dan stres.

Kenangan indah bersama Sophie, mulai dari kelahiran hingga akhir hisupnya, menjadi memori yang tak akan kami lupakan. Selamat jalan malaikat kecilku!

Gendong Aku Sampai Ajal-ku Tiba

Posted by Unknown on 19.39



Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku. Sambil memegang tangannya aku berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Istriku lalu duduk di samping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku.

Aku ingin sebuah perceraian di antara kami, karena itu aku beranikan diriku. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik bertanya kepadaku dengan tenang, "Mengapa?" Aku menolak menjawabnya, ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin tahu alasan di balik keinginanku untuk bercerai.

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai dan dia dapat memiliki rumah kami, mobil, dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah dan merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku itu telah menjadi orang yang asing di hatiku. Aku minta maaf kepadanya karena dia telah membuang waktunya 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energi yang diberikan kepadaku, tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane, wanita simpananku, bahwa aku sungguh mencintainya. Istriku menangis lagi. Bagiku tangisannya sekarang tidak berarti apa-apa lagi. Keinginanku untuk bercerai telah bulat.

Hari berikutnya, ketika aku kembali ke rumah sedikit larut, kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane. Ketika terbangun, kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.

Pagi harinya, dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku. Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum perceraian. Dia memintaku dalam sebulan itu, kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami istri. Alasannya sangat sederhana. Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami. Selain itu, dia juga meminta agar aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai muka depan pintu setiap pagi.

Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah demi perceraian yang kuinginkan, aku pun menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Aku menceritakan kepada Jane tentang hal itu. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan," kata Jane.

Ada rasa kaku saat menggendongnya untuk pertama kali, karena kami memang tak pernah lagi melakukan hubungan suami istri belakangan ini. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan di belakang kami. "Wow, papa sedang menggendong mama." Sambil memelukku dengan erat, istriku berkata, "Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita." Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya, sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuhnya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan seksama untuk waktu yang agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda seperti dulu lagi, ada bintik-bintik kecil di wajahnya, rambutnya pun sudah mulai beruban. Namun entah kenapa, hal itu membuatku mengingat bagaimana pernikahan kami dulu.

Pada hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku mulai merasakan kedekatan. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tentu tidak mengatakan perasaan ini kepada Jane.

Suatu hari, aku memperhatikan dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuknya. Dia sedikit mengeluh, "Semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang." Aku mulai menyadari bahwa dia semakin kurus dan itulah sebabnya kenapa aku dapat dengan mudah menggendongnya. Aku menyadari bahwa dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul dan berkata," Papa, sekarang saatnya untuk menggendong dan membawa mama." Bagi putraku, melihatku menggendong dan membawa mamanya menjadi peristiwa yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku dari peristiwa yang bisa mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai.

Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami istri yang harmonis. Aku pun memeluk erat tubuhnya, seperti momen hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu. Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih.

Pada hari terakhir, aku menggendongnya dengan kedua lenganku. Aku susah bergerak meski cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluknya erat sambil berkata, "Aku tidak pernah memperhatikan selama ini hidup pernikahan kita telah kehilangan keintiman satu dengan yang lain."

Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku, mampir ke tempat Jane. Melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Begitu cepatnya karena aku takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku langsung berkata padanya. "Maaf Jane, aku tidak ingin menceraikan istriku."

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Aku mengelak dan berkata, "Maaf Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memaknai setiap momen kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari sejak aku menggendongnya sebagai syaratnya itu, aku ingin terus menggendongnya sampai hari kematian kami."

Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah toko bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, "Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput."

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum menghias wajahku. Aku berlari hanya untuk bertemu dengan istriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami. Tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama 10 tahun pernikahan kami.

Aku baru tahu kalau istriku selama ini berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun begitu, dia ingin menyelamatkanku dari pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami karena aku menginginkan perceraian, karena reaksi kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun yang mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami.

Betapa berharganya sebuah pernikahan saat kita bisa melihat atau mengingat apa yang membuatnya berharga. Ingat ketika dulu perjuangan yang harus dilakukan, ingat tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi di antara kalian, ingat juga tentang janji pernikahan yang telah dikatakan. Semuanya itu harusnya hanya berakhir saat maut memisahkan.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya.


Tuhan, Aku Titipkan Cinta dan Rindu Ini Untuk Suamiku

Posted by Unknown on 19.35



Namaku Vania, usiaku saat ini 30 tahun. Lima tahun yang lalu, aku menikah dengan pemuda berusia dua tahun lebih tua dariku, namanya Edwin. Pernikahanku dan Edwin adalah pernikahan yang dilakukan atas dasar perjodohan orang tua. Dalam adat keluargaku, penting untuk mempertahankan garis keturunan dari keluarga baik. Sejak kecil, orang tuaku sudah wanti-wanti dalam hal ini, sehingga aku sudah mempersiapkan diri untuk sebuah perjodohan.

Seperti gadis-gadis pada umumnya, beberapa pemuda suka padaku dan berniat menjadikan aku pacar mereka. Statusku yang harus menuruti permintaan orang tua terpaksa membuatku menolak halus ajakan mereka. Walaupun dalam hati terdalam, aku ingin seperti teman-temanku, merasakan manisnya cinta dan mengenal watak pria selama pacaran. Sayangnya, aku sudah dipersiapkan untuk seorang pria yang bahkan tidak aku ketahui bagaimana sifatnya. Doaku hanya satu, semoga dia adalah pria yang baik.

Menikah Demi Membahagiakan Orang Tua

Tidak selamanya perjodohan yang dilakukan orang tua mengantar anak gadisnya pada pria tua atau pria tidak berbudi baik. Orang tuaku memilih seorang pria bernama Edwin. Aku berkenalan dengannya saat berusia 24 tahun, saat itu aku bekerja sebagai staff akuntansi di sebuah bank ternama. Edwin adalah pria baik, kalem dan penyabar. Karena sejak awal aku tahu bahwa kelak dia akan menjadi suamiku, aku tidak bisa menolak pinangannya. Setahun kemudian, kami menikah. Pernikahan yang aku lakukan atas dasar menyenangkan hati orang tua, tanpa debar cinta seperti cerita teman-temanku saat mereka menikah.

Edwin tetap menjadi pria yang baik setelah kami menikah. Jujur, aku tidak merasakan jantung berdebar atau hal-hal seperti yang sering diceritakan teman-temanku saat jatuh cinta. Semua ini karena cinta yang terpaksa. Entah mengapa aku memandang suamiku sendiri sebelah mata, karena dia tidak bisa membuatku merasakan efek jatuh cinta. Walaupun begitu, aku berusaha jadi istri yang baik sambil bekerja. Aku tidak mau sekedar jadi ibu rumah tangga, dan dia mengizinkan aku bekerja, meskipun gajinya lebih dari cukup untuk biaya hidup kami.

Gengsiku Mengatakan Cinta

Suamiku, aku baru tahu jika dia adalah pria yang romantis setelah menikah. Dia selalu mencium keningku saat mengantarku ke kantor, tidak lupa dia mengucapkan "I love you". Aku tidak pernah membalas kata-kata itu, yang kulakukan hanya formalitas saja, mencium tangannya seperti yang selalu diajarkan ibuku. Seringkali mas Edwin memasak makanan kesukaanku, diam-diam menyelipkan camilan kesukaanku di tas kerja lengkap dengan notes jangan lupa makan siang dan istirahat yang cukup. Lambat laun, aku mulai bisa menerima perlakuan sayang dari suamiku. Jujur, hal itu membuatku bahagia.

"Dek Vania, kamu cinta tidak dengan mas?" begitu tanya suamiku dengan suara lembut jika kami sedang nonton tv berdua.

"Kelihatannya?" ujarku dengan nada suara datar.

Jika sudah begitu, suamiku hanya tersenyum lalu mencium keningku.

Sampai akhirnya aku melahirkan seorang putri menjelang dua tahun usia pernikahan kami, aku tidak pernah mengungkapkan cintaku padanya. Bagiku, apa yang sudah aku lakukan adalah bukti aku mencintai dan taat pada suamiku. Bagiku, mengatakan cinta bukan hal yang penting, yang penting adalah perbuatanku sehari-hari.

Penyesalanku Yang Terdalam

Tapi gengsiku untuk mengatakan cinta pada suami meninggalkan penyesalan mendalam. Sebuah kecelakaan mengambil nyawa suamiku. Aku sangat terpukul atas peristiwa itu, apalagi putri kami masih berusia dua tahun. Berhari-hari aku menangis akibat peristiwa itu. Dukungan dari keluarga dan sahabat-sahabatku menguatkanku, putri kecilku juga membuatku berusaha tegar menghadapi hal ini.

Hari demi hari berganti. Aku merasakan kekosongan di dalam rumah kami. Tanpa kehadiran mas Edwin, ada lubang kosong yang menganga dalam hatiku. Tidak ada lagi pelukan selamat pagi, tidak ada ciuman kening sebelum aku berangkat kerja, dan tidak ada lagi ucapan "I love you" yang selaku aku abaikan setiap saat. Baru kusadari betapa aku kehilangan mas Edwin. Baru kusadari banyak cinta yang dia berikan padaku dan belum aku balas dengan penuh. Dan baru kusadari.. aku telah jatuh cinta teramat dalam padanya. Entah sejak kapan, tetapi rasa cinta itu tumbuh diam-diam tanpa debaran di awal.

Aku menyesal, sangat menyesal karena tidak pernah mengungkapkan rasa cintaku padanya. Yang bisa kulakukan sekarang adalah menitipkan cinta dan rasa rinduku melalui doa-doa kepada Tuhan. Semoga mas Edwin tahu, dan semoga dia mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.

***

Jika Anda mencintai seseorang, katakan betapa besar cinta Anda padanya. Biarkan saja seandainya dia menganggap Anda gombal atau hanya manis-manis di bibir. Karena sesungguhnya, di dalam hati yang terdalam, setiap orang akan berbahagia saat tahu dia dicintai.

Lonceng bukanlah loceng sebelum dibunyikan

Cinta bukanlah cinta sebelum diungkapkan

Katakanlah.. sebelum semuanya terlambat dan timbul penyesalan.

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

Posted by Unknown on 19.26



Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah." 

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!

Minggu, 19 Mei 2013

Kupilih Sahabat di Banding Dia

Posted by Unknown on 16.50


cerpen persahabatan
Pagi yang cerah menyapa. Burung yang indah kian bersiul, layaknya sedang membisikkan suatu kiasan kata. Geby, seorang gadis penghuni kota ‘Bandung’ terbangun karena sang mentari begitu menyorotnya.

“Huaah… Ngantuk sekali, Kawan! Kenalkan aku Geby Hallousthycka Lora. Kalian bisa panggil aku Geby, yah, aku sekolah di Global Astura Institute Junior High School, aku kelas 1 SMP. Sekarang, aku duduk dikelas 1-7. Kelas yang terindah yang pernah aku kenal”. Kata Geby, Si Anak yang berbadan langsing, berwajah cantik dan berambut panjang.

Geby yang tersadar hari telah benar-benar pagi pun langsung pergi beranjak dari kasurnya, Ia bergegas mandi dan memakai bajunya. “Aku, suka banget di kuncir satu, banyak yang bilang kalau aku ini tomboy. Yah, aku sih, suka-suka mereka aja, disekolahku yang bisa disingkat GAI itu, aku punya beberapa teman. Yah, teman sebangku ku, namanya Assyfa, dan sahabatku itu namanya Eva…” Kata Geby sambil menguncir rambutnya, dan segera berlari menuju ruang makan keluarganya.

“Ini rutinitas aku, setiap pagi, aku pasti makan roti pakai selai coklat dicampur nanas yang ennaaak banget!” Kata Geby sambil mengambil sehelai roti. “Kawan, hari ini hari senin, biasanya aku selalu sial di hari ini, doakan ya, semoga hari ini aku bisa bebas dari kesialan,”. Lanjut Geby lagi.

Setelah itu pun Geby pamit kepada orangtuanya, dan Geby langsung menunggangi sepeda birunya sambil bersiul. Tiba-tiba, dari belakang terdengar KRIINGG… KRIINGG… KRIINGG… Sepeda Geby terhenti mendengarnya. Suara bel sepeda Marcell, seorang anak culun, berkacamata hitam, dan Berambut lepek. Pokoknya super cupu deh!

“Eh, Marcell” Kata Geby menegur Marcell yang menggendong botol minuman dilehernya. “Geby, kamu tau caranya roll depan dan roll belakang nggak sih? Aku nggak bisa, nih, Geby” Kata Marcell. “Kamu ini, apa yang kamu bisa kalau kamu cuman ngomong doang, tanpa usaha?” Tanya Geby dengan maksud memberikan semangat.

“Aku udah usaha, Geby, tapi tetap aja, roll depan dan roll belakang itu emang susah, aku nggak akan bisa bohong deh, tentang itu, suer, deh, By” Kata Marcell. “Terus kamu mau nya gimana?” Tanya Geby sambil kembali mengayuh sepeda birunya.

“Ya, paling nggak, kamu dong yang bantuin aku, kita kan teman, Geby” Kata Marcell memelas. Geby menoleh ke arah Marcell dengan wajah tak yakin. Lalu, Ia langsung merubah mimik mukanya. “Oke nih, teman? Janji ya, di dalam suka dan duka, jangan cuma kalau mau diajarin rolling doang, ya?” Tanya Geby dengan nada bercanda sambil menyodorkan kelingkingnya. Marcell pun tersenyum dan mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Geby. Lalu mereka pun meneruskan perjalanan mereka.

Yah, seperti biasa. Di sekolah, mereka menemukan Gheo And Gank. Mereka suka memalaki teman-teman satu sekolah. Sampai ketika Geby dan Marcell datang. “Eh, mana pajak lewat kamu? Kalau kamu mau lewat, harus kasih ongkos dulu ke kita,” Kata Gheo. “Maaf, Gheo, Marcell belum ada uang, nanti ya, kalau Marcell punya uang, Marcell kasih semua ke Gheo,” Kata Marcell ketakutan.

Geby yang melihat hal itu pun marah. Dan Ia pun langsung menghampiri Gheo’s Gank. “Heh, kamu itu kalau berani jangan sama yang lemah, kalau kamu berani, lawan aku! Lagian, kalian kenapa, sih? Harus mungut pajak yang nggak jelas kayak gini? Emang kalian pikir kalian itu siapa?” Kata Geby marah sambil menyodorkan kepalan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya tegap memegangi kerah baju Gheo.

“Iya, iya, Geby, aku minta maaf, nggak lagi-lagi deh! Tapi jangan di pukul ya?” Kata Gheo ketakutan. Gheo adalah anak yang paling nakal di sekolah, sebenarnya dia lumayan ‘cool’, kalau dibandingkan Marcell, dia jauh lebih keren. Dia tinggi, berkulit putih dan pipinya ‘hollow’.

@@@

Gheo pun pergi meninggalkan Geby. Geby pun duduk dibangku yang berada dibelakang nya. Bentuknya mirip meja taman, namun yang disayangkan, bangku itu tidak ada di taman. “Huft, andai aja, di GAI JHS ini, datang anak laki-laki yang pemberani, yang bisa memberantas Si Gheo’s Gank yang menyebalkan itu” Kata Geby di dalam hati.

Tiba-tiba, Assyfa dan Eva datang. “Kamu kenapa, By? Kok pagi-pagi mukanya sudah di tekuk begitu?” Tanya Eva. Eva itu, anaknya berambut pendek, hitam legam, kulitnya sawo matang dan memakai kacamata ungu yang terlihat imut+elegan kalau dia pakai.

“Nggak apa-apa kok, Va, aku cuma kesal sama Si Gheo CS itu, anak itu nggak ada habis-habisnya memalak anak-anak disekolah ini! Yang ada, nanti lama-lama semua orang pada pindah dari sini,” Kata Geby mengomel.

“Iya, biar aja lah, By, siapa tau, nanti bakal ada pangeran yang bisa mengatasi mereka-mereka itu, entah dari kelas 3, 2 atau bahkan kelas 1, pasti akan ada!” Kata Assyva. Kalau Assyva anaknya berbadan tinggi, langsing, putih kulitnya, matanya bulat, pokoknya perfect deh, dia juga anaknya feminim.. Sayangnya, pipinya agak chubby *dikit.

“Amin, Ya Tuhan, semoga yang kamu harapkan benar-benar terjadi ya, Syf!” Kata Geby. Akhirnya, Eva pun mengajak Assyfa dan Geby untuk masuk kelas. Ketika mereka baru beberapa langkah masuk ke kelas, tiba-tiba ada seorang lelaki yang lewat.

“Hey, dia cool deh,” Kata Assyfa langsung menjerit. Geby yang tidak biasanya mempunyai perasaan kepada seseorang, kali ini merasa beda. Kali ini Ia merasa, bahwa dia mulai menyukai lelaki ini. Tapi siapa ya… Namanya?

“Eh, kata kalian, dia cakep nggak sih?” Tanya Assyfa. “Iya, lumayan, Fa!” Kata Geby memberikan pendapatnya. “Kayaknya, Aku suka deh, sama dia, habis, dia keren sekali, By! Aku suka sama dia, Aku udah sering lihat dia, tapi aku belum tahu namanya” Kata Assyfa.

“Cie… Assyfa, ya udah, kalau kamu suka sama dia, kamu mau apa? Cari info tentang dia? Nggak usah, aku tau lumayan banyak tentang dia!” Kata Eva. Sungguh kata-kata yang membuat Assyfa terkejut. “Serius Va? Kok kamu baru bilang?” Tanya Assyfa sampai memutar badannya. Sedangkan Eva hanya menjawabnya dengan mengangguk.

“Emm… Ya udah deh, kalian ngobrol aja yah? Aku mau ke meja ku dulu,” Kata Geby. Perasaan Geby menjadi aneh sejak itu. Dia jadi berfikir bahwa Ia menyukai Si Lelaki tadi. “Rasanya aku kenal dia, aku pernah bertemu dengannya sebelum sekarang ini! Tapi kapan ya? Lalu dimana?” Kata Geby di dalam hati sambil berusaha mengingat-ingat.

“Oh iya, dia kan kakak kelas yang waktu pertama kali aku lihat-lihat sekolah ini! Dia yang waktu itu pakai tas abu-abu, dia pangeran yang waktu itu pernah bikin hati aku dag dig dug sampai sekarang, dan aku nggak nyangka, bisa ketemu lagi sama dia,” Kata Geby mulai mengingat tokoh si laki-laki cool ini.

Geby menjadi pendiam besar. Dia hanya melamun tanpa memperhatikan kata-kata guru di depan kelas, Ia tidak bisa konsentrasi akan pelajaran. Ia hanya bisa mengingat wajah dan senyuman Si Laki-laki itu. “Siapa ya, namanya?” Ungkap keheranan Geby di dalam hatinya.

Ia terus memikirkan hal itu sampai jam pulang pun tiba. Ia berjalan dengan pandangan yang kosong. Ia hanya menatap lurus kedepan tanpa melihat yang mana sepedanya. Ia hanya melamun. Sampai tiba-tiba…
AWWWWW………!!!!!

Suara yang amat keras terdengar dari Geby yang baru saja tergelincir batu kecil. Tiba-tiba, ada seseorang yang menjulurkan tangannya ke arah Geby. Geby yang semula tidak memperhatikan juluran tangan itu, seketika terpanah melihat ternyata, orang yang peduli dengannya itu adalah orang yang sejak tadi sedang Ia pikirkan. “Makasih Kak,” Kata Geby singkat. Geby langsung berlari malu ke arah sepeda nya. Dan mengayuhnya kuat-kuat, hingga Ia lupa menunggu Marcell.

“La la la la la la la la la…” Nyanyian Geby yang sedang senang. Geby terus bernyanyi sambil mengayuh sepeda tanpa melihat bahwa Ia menjadi pusat perhatian seluruh jalan. Ia langsung memarkirkan sepedanya dan terus menari sambil bernyanyi.

Ia langsung masuk ke kamar. “Oh, Tuhan… Rasanya aku sedang jatuh cinta!” Kata Geby berbicara sendiri. Geby yang terlalu senang itu pun akhirnya memejamkan matanya dan tersenyum indah, tertidur pulas dan bermimpi cantik rasanya. Ia tidur hingga pagi.

@@@

“Wah, kok bisa-bisa nya udah pagi aku baru bangun?” Tanya Geby pada dirinya sendiri. Dia langsung bersiap-siap, setelah selesai, seperti biasa. Ia langsung pergi mengayuh sepeda birunya. “Geby! Kring Kring” Kata Marcell menghentikkan Geby yang sedang semangat pergi ke sekolah. Hari ini parah, Geby tidak memperdulikannya.

“Hay Eva, Assyfa!” Sapa Geby ketika dia masuk ke kelas. “Kamu kenapa? Kemarin muram, kok sekarang hampir suram?” Tanya Eva. “Kok kamu bisa bilang aku hampir suram sih? Darimana? Aku baik dan bahagia kok!” Kata Geby menjelaskan bahwa dirinya dalam keadaan baik.

“By, kamu tau kakak kelas ganteng yang kemarin lewat di depan kelas kita?” Tanya Assyfa. “Oh, yang kemarin? Iya, aku tau, kenapa memangnya?” Tanya Geby balik. “Iya, aku rasa, aku suka sama dia, kamu tau namanya?” Pernyataan dan Pertanyaan Assyfa membuat Geby cukup bersedih. Ia tidak menyangka, sahabatnya juga menyukai orang yang sama.

“Oh ya? Keren! Emang siapa namanya?” Tanya Geby basa-basi. “Itu, namanya tuh Devin Adrianto kalau tidak salah, dia di panggil dengan nama Devin! Bagus kan namanya?” Tanya Assyfa. “Huh, ini parah! Aku janji, aku cukup tau aja tentang nama kamu, Kak Devin! Aku nggak berharap bisa suka lebih dalam lagi sama kamu,” Kata Geby di dalam hati.

Geby menjadi galau besar saat itu. Geby benar-benar melamun saat itu. Dia hanya memikirkan bagaimana keadaannya dengan Assyfa jika Assyfa tau, aku juga menyukai Devin? Apa ekspresi yang akan Assyfa keluarkan nantinya? Apa dia akan sangat marah kepadaku? Atau apa? Aku harus curhat dengan siapa?

Tiba-tiba, terlintas di pikiran Geby, “Oh iya, Si Marcell!” Kata Geby di dalam hati. Tak lama setelah itu, bel pulang berbunyi.

@@@

“Marcell, aku mau curhat nanti sama kamu! Kamu dengar ya?!” Kata Geby. Akhirnya, Marcell dan Geby pun bersepeda bersama ke suatu lapangan luas.

“Kamu mau curhat apa, By?” Tanya Marcell. “Jadi begini, Cell! Aku suka sama seseorang, dia itu orang yang disukai juga sama Assyfa, aku takut bilang ke Assyfa, kalau aku juga suka sama Devin! Menurut kamu gimana?” Kata Geby mencurahkan isi hatinya.

“Geby, kalau menurut Marcell sih, Geby tuh nggak usah suka-sukaan dulu, Geby belajar aja dulu! Nanti kalau mikirin laki-laki, prestasi Geby akan menurun,” Kata Marcell memberi nasehat. Geby setuju dengan saran Marcell. Akhirnya, Geby pun pulang ke rumah dengan mengayuh sepedanya.

“Marcell, besok, kamu ekskul nggak?” Tanya Geby sambil mengayuh sepedanya. “Enggak, aku ekskulnya hari Kamis, Geby” Kata Marcell menjelaskan. “Besok, hari pertama aku ekskul Cinemaography, kira-kira, kesan pertamanya bagaimana ya?” Tanya Geby kepada Marcell. Marcell hanya tersenyum kecil.

@@@

Pagi, hari ini hari pertama ekskul. “Geby!! Kamu kan hari ini ekskul, kamu lupa ya? Kok masih tidur aja?” Tanya Mama Geby. Geby yang merasa kesiangan segera loncat ke kamar mandi. Pergi sarapan dan berangkat ekskul.

Di sekolah, Ia bertemu dengan Kak Devin. “Ya Tuhan, Aku ingin melupakan orang ini! Kenapa malah dia yang ku temui di ekskul ini?” Tanya Geby didalam hati.

“Selamat datang, The New Crew!” Kata Kak Alfi menggucapkan selamat datang kepada kami. Kami yang merasa anak baru pun tertegun. “Okey, sekarang kita akan bagi tim,” Kata Kak Alfi. “Emm… Kelompok Guizver, Geby, Devin, Halvania, Gerald, Vandra dan Arnita” Kata Kak Alfi membagi kelompok kami.

“Ya Tuhan, kenapa Kak Devin ada dikelompokku?”. Yah, semakin lama, Geby semakin dekat dengan Devin. Devin pun lebih perhatian dengan Geby dibandingkan dengan wanita yang lainnya. Sejak saat itu, Devin jadi sering ke kelas Geby hanya sekedar mengantarkan roti sandwich dan makanan lainnya. Assyfa yang melihatnya cemburu. Dia pun mendekati Geby.

“Geby, aku mau tanya, kamu ini sebenarnya suka atau nggak sama kak Devin?” Tanya Assyfa. “Aku… Sebenarnya, aku suka sih, Syf, tapi kamu jangan marah yah?” Kataku. “Oh, sejak kapan kamu suka?” Tanya Assyfa. “Sejak aku masih kelas enam SD. Waktu itu aku lihat-lihat sekolahan, terus aku ketemu dia, dan sejak itu aku suka sama dia,” Kataku menjelaskan.

“Ya Ampun Geby, kenapa kamu nggak bilang? Kalau kamu bilang kamu suka sama Devin kan, aku nggak jadi suka sama dia, By” Kata Assyfa. “Iya, Syf, tapi aku udah nggak terlalu suka kok, Syf” Kata Geby. Tiba-tiba, Devin datang ke kelas kami.

“Emm… Geby, bisa bicara sebentar?” Tanya Devin memanggil Geby. Geby pun menghampiri Devin. “Ada apa Vin?” Tanya Geby. “Aku suka banget sama kamu, waktu pertama ketemu di ekskul, kamu mau nggak jadi pacar aku?” Tanya Devin.

Assyfa melihat dari kejauhan. Mukanya keruh menahan sedih. Yah, Geby bijak. Dengan tegas, Geby menjawab. “Maaf, Kak, tapi aku nggak suka sama Kakak, aku lebih suka kita satu crew aja” Kata Geby. Assyfa yang sudah bermuka keruh merubah mimik mukanya dan ceria.

Devin pun pergi dengan muka yang sedikit kecewa. Geby pun kembali ke kelas. Assyfa langsung menubruk nya dengan segudang pertanyaan. “Kok kamu tolak Kak Devin? Kenapa? Kamu kan suka sama dia? Aturan kamu nggak usah pikirin perasaan ku, kenapa sih, kamu nolak dia?” Tanya Assyfa.

Geby, hanya menjawab singkat. “Karena aku lebih peduli sahabat, dibanding kan Dia”

~~~~~~~~~~~~~~ TAMAT ~~~~~~~~~

Aku, Lenteraku dan Mataharinya

Posted by Unknown on 16.48


cerpen cinta islam
Aku terdampar di pojok taman, terduduk lemah bersanding dengan para bunga yang ceria dan rerumputan yang asyik menari, di sebuah kursi panjang aku menengadah ke lengit mencoba mencari-cari sesuatu yang hilang, langit tak lagi putih, bahkan ia seakan pucat dan muram, mungkin karena sang surya terlalu lama meninggalkannya, hingga ia tak lagi mampu ceria. Begitukah keadaannya saat ini, Keadaan seorang gadis bernama Yassirli Amriyyah, yang telah kurampas panutan hidupnya. Muram dan tak lagi memiliki gairah untuk hidup karena mataharinya telah kalah oleh pekatnya mendung. Aku tak kuasa melanjutkannya, langit benar-benar mengingatkan aku pada Sherly.

Kupalingkan wajah ku dari langit dan coba kembali menilik bumi, ternyata bumi tak jauh beda dengan langit, kudapati dedaunan yang telah meninggalkan ranting dan berserakan di tanah terombang-ambing oleh angin, daun-daun kering itu tak lagi sanggup untuk setia pada ranting, mungkinkh jodoh dedaunan dan ranting telah habis? Adakah nasib ku dan Wildan sama dengan mereka. Tuhan menjodohkan kami untuk saling mengenal tapi tidak untuk bersatu. Entahlah aku tak tahu, seperti apa rupaku kali ini, sekoyak apa hatiku dan sedalam apa belati menusuk menoreh jantungku. Aku sakit, tapi benarkah aku harus mendzalimi diriku?

Ah… kenapa rasa itu masih saja ada, kenapa harus nama itu lagi, tak bisakah otak dan hatiku berdamai dengan ku meski hanya sejenak saja, kenapa harus Wildan, kenapa nama itu tak pernah musnah dari fikiranku, kenapa susah sekali menghapus nama itu dari memoriku, Tuhan… kenapa tak Kau ciptakan tombol delete di otak ku agar aku dengan mudah menghapus nama itu. Semua tanya itu tak kutemukan jawabnya.
Kembali kejadian dua bulan yang lalu berkelebat di depan mataku

# # # # # # #

Aku terduduk lemah pada sebuah kursi yang membentang di ruang tamu, kaki ku seakan tak lagi mampu menopang tubuhku, dadaku sesak, serasah tertindih beban berat yang kasat mata, dan butiran-butiran kristal mulai meluncur dari kelopak mataku, tangan ku gemetaran sambil tetap memegang kertas merah jambu yang baru saja aku eja huruf demi huruf yang terjajar di sana. Aku hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku baca, kata demi kata yang terangkai dalam kertas itu seperti sembilu yang mencakar hatiku. Wildan yang baru saja menjadi lentera dalam hidup ku ternyata matahari bagi seorang gadis bernama “Yassirli Amriyah.” Sherly melayangkan petir yang berwujud secarik kertas ke rumahku untuk meminta kembali mataharinya yang tanpa sengaja telah aku ambil.

Aku tak menyangka betapa jahatnya aku telah tega merampas kehidupan orang lain hanya demi keegoisanku, masihkah aku pantas disebut sebagia manusia? Aku memang tak tahu bahwa Muhammad Wildanuril Ilmi, calon tunanganku, ternyata memiliki hubungan dengan seorang gadis bernama Yassirli Amriyah. Tapi tetap saja aku telah merampas sesuatu yang bukan milikku.

Hal yang paling ditakutkan oleh seorang isteri adalah kehilangan imamnya, tapi yang terjadi padaku ternyata, aku harus kehilangan calon tunanganku, seseorang yang ku anggap sebagai calon imam, seseorang yang kan membimbing aku mengayuh biduk menuju pulau indah sang Maha Cinta.

# # # # # # # #

“Zahwa, Tolong dengerin aku , Aku mencintai kamu Zahwa, percaya sama aku…”
“Maaf Wil, aku butuh waktu untuk sendiri agar bisa berfikir jernih”
“Tapi bulan depan pertungan kita, Zahwa… aku mohon fikirkan lagi rencana kepergianmu”
“Aku harus pergi, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Aku berlalu pergi meninggalkan Wildan yang masih mematung di depan rumahku, kaki ku seakan membatu tapi aku berusaha kuat untuk beranjak dari hadapannya. Aku sendiri tak mengerti aku pergi untuk apa, apakah benar untuk menenangakan diri seperti yang ku katakan pada Wildan, atau aku pergi untuk berlari, berlari dari kenyataan bahwa Wildan ternyata bukan milikku. Semua mimpi indah yang kami rajut bersama ternyata tercerai-berai hanya dengan secarik kertas yang menyuarakan kebenaran.

# # # # # # # #

Kuseka air mata yang mulai membanjiri pipiku dengan kerudung putihku. Allah… Satu bulan aku telah menjauh dari dia tapi ternyata belum ada yang berubah, perasaanku masih tetap saja sama seperti dulu, aku masih terus berharap bahwa surat merah jambu itu dan serentetan kejadian yang menimpa aku dan Wildan hanyalah mimpi. Tapi tidak, aku tidak boleh lemah, aku sama sekali tidak memiliki hak atas Muhammad Wildanuril Ilmi, dia milik Yassirli Amriyah bukan Zahwa Aulia Syahiroh.

Hatiku bergetar hebat, saat aku melihat mobil Wildan, seutas senyum kuhadirkan tuk menyambutnya, tapi senyum itu pudar tatkala aku melihat seorang gadis berjubah cream turun dari mobil wildan, gadis itu cantik, anggun dan modis, itukah Yassirli Amriyah, kejadian satu bulan yang lalu hampir saja terulang kembali, aku hampir saja terduduk lunglai seperti waktu itu.

Untunglah aku bisa lebih menguasai diri, kupejamkan mata sejenak sekedar menenangkan diri, kembali kusuguhkan senyumku, agar mereka berdua tak menyadari betapa dahsyat pergolakan batin yang sedang aku alami. Semakin lama mereka semakin dekat, dekat, dekat dan…
Ya Allah… kuatkan hamba-Mu yang lemah ini, jangan biarkan aku tenggelam dalam permainan syaitan, Bismillah… aku ikhlaskan Muhammad Wildanuril Ilmi untuk Yassirli Amriyah.
“Assalamu’alaikum… Zahwa”
Suara itu menarik paksa aku dari lamunan panjangku.
“Wa’alaikum Salam, Wil”
“Bagaimana kabar kamu Zahwa?”
“Alhamdulillah, sehat Wil, kamu?”
“Alhamdulillah aku juga sehat, Zahwa kenalkan ini Sherly, Sherly kenalkan ini Zahwa”

Kualihkan pandangan ku yang sedari tadi mengamati Wildan ke arah gadis cantik yang kini telah duduk di sampingnya, kudapati seuntai senyum yang benar-benar tulus tak ada sedikitpun guratan keterpaksaan di sana. Aku mulai merasakan nyeri di dadaku, bahkan dalam hal senyum pun aku kalah dengan dia, senyum yang ia suguhkan jauh berbeda dengan senyum yang aku berikan untuk menyambutnya, senyum yang dipenuhi rasa keterpaksaan.

Dia tetap tersenyum padaku meski aku belum bisa merespon aku masih sibuk menenangkan hatiku yang semakin bergejolak, aku seakan tak mampu menyembunyikan sakit yang ada di rongga dadaku. Dengan tetap menyungging senyum Sherly mengulurkan tangannya.
“Sherly” Suara indahnya memecah keheningan
“Zahwa” Ucapku masih sedikit terbata.

Allah aku sadar, aku tiada memiliki daya upaya, aku hanya mampu berencana tapi semua terserah kepada-Mu jua. Aku yakin Engkaulah yang paling tahu mana yang terbaik untukku, jika memang Wildan adalah jodoh Sherly, bantulah hamba agar dapat mengikhlaskannya.

Kamis, 16 Mei 2013

Aku Ingin Tetap Melihatmu

Posted by Unknown on 22.28


Celena Acacia anak kelas X SMA L Collage, nama Celena yang berarti bintang dan Acacia yang berarti terhormat, sungguh indah bagai putri kerajaan nama itu. Celena adalah anak kedua dari dua bersaudara, namun karena kakaknya Agacia telah meninggal dunia karena penyakit leukimia yang dialami Agacia, kini Celena menjadi anak tunggal. Celena adalah anak tomboy di antara teman-teman sebayanya di sekolah. Karna itu hampir seluruh temannya bergender laki-laki. Tapi ada seorang teman perempuannya yang mau dekat dengan Celena.

Vanessa namanya, Ia adalah anak perempuan yang manis, cantik serta pintar. Namun disayangkan karena Vanessa adalah seorang anak yang sangat pendiam bahkan terkesan tidak pernah mengeluarkan suaranya, hal ini sangat bertolak belakang sekali dengan Celena yang tomboy serta periang. Namun membuat mereka saling mengisi satu sama lain.
Semenjak sepeninggal kakak Celena keluarga Celena berubah drastis. Celenapun merasa menjadi tertekan karna keadaan keluarganya. Keluarga yang awalnya harmonis ini berubah menjadi broken home. Hal ini membuat Celena berubah menjadi sosok yang nakal dari biasanya.

Tettt…Tett..Teeett…
Bel berbunyi menandakan jam pulang sekolah. Ketika Celena berjalan mendekati koridor utama Ia bertemu dengan Rino.
“Eh Celena, gw lihat akhir-akhir ini lu beda. Ada apa?” Tanya Rino.
“Hah? Gw kenapa? Gw gak kenapa-kenapa” Jelas Celena.
“Jangan bohong deh gw tau kok kalau lu ada masalah gitu. Lu mau gak supaya lu gak banyak pikiran lagi? “Tanya Rino menggoda.
“Apa emangnya?” Tanya Celena kembali penasaran.
“Ini lu ambil, lu buka pas dirumah tapi jangan sampai ada yang tau. Terus lu cobain kalau gak ngerti telfon gw, oke?” Jelas Rino sambil menyodorkan bungkusan hitam kecil lalu bergegas meninggalkan Celena.
Celenapun bingung dan akhirnya terdiam dan membawa pulang bungkusan itu serta bergegas pulang.

~ Sesampai Celena di rumah
Sesampainya di rumah Celenapun segera membuka isi dari pemberian Rino.
Ketika di buka isinya hanya serbuk bedak yang biasa dipakai oleh bayi pikirnya, lalu disimpannya didalam lemarinya.
Selang beberapa waktu Rino menelfon ~
“Halo. Cel, udah dicoba belum?” Tanya Rino seakan ingin menerkam.
“Gw gak pakai bedak kali, itu masih ada di lemari gw. Besok lu ambil aja.” Jawab Celena lantang.
“Cel.. Cel… Gw tau kali lu gak make gituan, gw juga gak make kali. Halah, gimana sih lu? Nih, gw jelasin cara makenya. Lu taburin ketangan lu sedikit terus lu hirup, kalau gak lu siletin tangan lu terus taburin deh biar nikmat. “Jelas Roni panjang lebar.
“Itu emangnya obat ya ditaburin ke tangan yang luka gitu?” Tanya Celena polos.
“Iya, udah cobain aja ya. Bye Celena, selamat mencoba” Jawab Rino sebagai penutup pembicaraan.
“Yah, tunggu.. tunggu!” Ujar Celena panik.
“Yah udah dimatiin lagi, ini gimana gw gak ngerti” Tanya Celena dalam hati.
Akhirnya Celena mencobanya sesuai intruksi yang diberikan Rino, Celenapun terbuai dengan suasana yang ada.

Esok harinya, Celena tidak bersikap seperti biasa. Vanessa sahabat dekat Celena merasa canggung karena perubahan yang terjadi pada Celena ini.
Dan akhirnya hari berganti bulan, setelah 6 bulan lamanya Celena berubah dan mulai semakin dekat dengan Rino ini membuat Vanessa semakin bingung akan perubahan yang terjadi pada sahabatnya ini.

Akhirnya Vanessa yang terkenal sebagai gadis kuper ini mencoba untuk menghubungi Celena.
“Halo, bisa bicara dengan Celena?” Vanessa
“Iya, ini siapa?” Tanya Celena.
“Ini Vanessa. Cel kamu kenapa? Akhir-akhir jarang masuk sekolah?” Tanya Vanessa kembali.
“Oh, aku gak kenapa-kenapa. Tumben hubungin gw” Jawab Celena singkat.
“Yakin? Gak apa-apa kok lagi mau hubungin aja. Kamu lagi ada dimana sekarang?” Tanya Vanessa kembali.
“Rumah. Kenapa?” Celena
“Ada waktu?” Tanya Vanessa.
“Gak ada, nanti aku mau pergi.” Ujar Celena
“Kemana? Sama siapa?” Tanya Vanessa penasaran.
“Ih, apaan sih! Tanyanya gitu banget. Udah ah ganggu aja” Jawab Celena ketus lalu mematikan telfonnya.

Lalu Vanessapun bergegas bersiap-siap untuk pergi bersama Rino ~

Di perjalanan mobil yang di kendarai Rino terjegat oleh mobil hitam, sontak Rino langsung turun dari mobil dan menghampiri mobil hitam itu. Ternyata ada seorang gadis yang turun dari mobil itu, Ia adalah Vanessa.
Vanessa datang dan menghamipiri Celena untuk mengajak Celena pulang bersamanya, karena Ia tau bahwa Rino bukanlah cowok yang baik melainkan cowok yang berandalan.
Namun ajakan ini ditolak oleh Celena, Vanessa yang saat itu terus mengajak dan menarik tangan Celena ini di halangi oleh Rino dan teman-teman lain. Karena Vanessa tetap gigih ingin mengajak Celena kembali akhirnya tanpa sengaja Rino mendorong Vanessa yang berada di tepi jalan ke tengah jalan .
Dan saat itu juga ada sebuah truck besar yang melewati jalan itu dengan kecepatan yang tinggi. Akhirnya tanpa sengaja Vanessapun tertabrak truck itu, Celena yang melihat kejadian itu sontak berteriak dan berlari menghampiri sahabatnya itu. Sedangkan Rino bergegas pergi dari tempat kejadian.
Celenapun membawa Vanessa pergi kerumah sakit sebagai pertolongan pertama, namun disayangkan nyawa Vanessa tidak tertolong ketika diperjalanan menuju Rumah Sakit.

Akhirnya sekarang yang bisa dilakukan oleh Celena hanya menyesal karena semua sudah terlambat dan nyawa Vanessapun tidak dapat dikembalikan lagi. Kini Celena sadar bahwa disetiap masalah yang datang menghantam jiwa manusia tidak dapat diselesaikan dengan cara melampiaskan ke hal-hal yang negatif yang nikmatnya hanya sementara dan penyesalannya akan selamanya namun melainkan dengan cara tetap mendekatkan diri dengan Tuhan dan tetap bersosialisasi dengan orang lain karena di dunia ini hanya Tuhanlah yang mampu mengerti setiap masalah yang datang kedalam hidup mu, bukan hal-hal negatif yang dapat mengerti setiap pergumulan mu yang terjadi

---- The End --------

Sabtu, 11 Mei 2013

Sekuat Cinta Dalam Asa Part I

Posted by Unknown on 20.48


Karya : Irma Kurniasari

Dikala pagi menyongsong dalam sinarnya mentari,, seorang gadis yang bernama Icha berjalan di halaman rumah dengan berseragam putih abu dan tas gendong yang dibawanya... dia berdiri di pinggir jalan untuk menanti sodara sepupunya bernama rian,, yang akan berangkat sekolah bersamanya dengan menaiki motor milik Rian..
Setelah menunggu lumayan lama akhirnya rian pun datang dan berkata “teh Icha dari tadi ya nunggunya..??”
“iya,, ke mana aja kok lama banget.. kebiasaan sich kamu mah kalo d suruh buru-buru, malah nyantai, udah tau mau upacara!”Icha pun memarahi rian yang datang menjemput telat..
“hahaha... teh icha kalo lagi marah lucu expresinya, yaudah ayo naik takut gerbang sekolahnya keburu di tutup.. NgebUuuuut..!!”rian malah cengengesan gak jelas, dan gak menyadari kesalahannya..
Di sekolah, icha disukai banyak teman karena sikap baiknya, yang tak memilih-milih teman.. dia berteman dengan siapa saja tak memandang status sosial.. selain ia memiliki banyak teman, dia juga mempunyai seorang sahabat yang bernama desy, desy adalah seorang sahabat yang sangat peduli pada icha.. kedekatan mereka tak hanya di sekolah saja, tetapi di luar pula mereka seperti sodara, saling kenal dengan orang tua masing-masing membuat mereka tak bisa di pisahkan .. icha dan desy duduk di kelas XI IPA 4 dan semua teman sekelasnya perempuan..
Sesampainya di lapangan,, icha dan desi barisannya selalu berdua mereka memilih barisan yang strategis, tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang.. mereka sering bercanda walaupun upacara sedang berlangsung..
“Desy.. Liat geh di sebelah kamu kak indra cocok dech buat kamu.. imoet-imoet gima gitu hahahaa...”icha nyeletuk nyari-nyari lelucon, supaya mereka enggak borring..
“oh my Goooooot..!! helOoo.. kak indra itu ganteng banget kali, gw mah nyadar diri aja lah.. hmp.. mau ngejar-ngejar sampe gempor juga belom tentu mau tuch kak indra sama gw.. haha”Desy merendahkan diri seakan-akan memiliki kak indra gak bakalan ke sampean..
Disaat mereka berdua sedang berbincang-bincang membahas k indra, sambil ketawa, dan terdengar sampai barisan belakang,, tiba-tiba ada suara yang menggema d belakang barisan yang mereka tempati..
“Icha..!! Desy..!! ngobrol aja kalian, bukannya hormat sama bendera,, liat k depan bendera sudah naik..!!”Pak maher salah seorang guru yang piket pada hari itu memarahi mereka berdua..
“Oh iya pak maaf.. Kami berdua tidak akan berisik lagi”Icha merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan..
“bapak tidak percaya kalian bisa diam kalo tidak di pisahkan..!! Icha.!! ikut bapak memisahkan diri di barisan lain” pak maher memisahkan mereka,, agar upacara yang berlangsung berjalan kondusif..
“iya pak..” dengan rasa keberatan icha pun meninggalkan desy, sambil mengedip-ngedipkan mata, simbol meminta pertolongan..
Pada saat itu desy tak bisa berbuat apa-apa.. hanya terdiam dan merasa kasian pada sahabatnya itu.. teman-teman di sekitar mereka pun terpana melihat icha keluar dari barisan.. ada yang hanya tersenyum, ada pula yang berbisik-bisik, ntah apa yang mereka bicarakan..
Dengan rasa ketakutan icha pun di persilahkan oleh pak maher berdiri di tengah barisan kelas XII IPA 2 yang semuanya itu cowok..
“bapak.. icha gak mau berdiri di sini, pidah ke barisan lain aja ya pak..” icha memohon agar tidak berdiri di barisan itu, karena ia merasa malu cewek berdiri di tengah-tengah cowok apalagi cowok yang ada di barisan itu kakak kelas semua..
“Sudahlah Cuma kali ini saja, kalau kamu tidak melanggarnya lagi,, anggap saja ini pelajaran buat kamu, dan melatih mental kamu..” pak maher berupaya menanamkan sikap disiplin pada setiap muridnya..
“baik pak..”icha menjawab dengan nada lirih..
Akhirnya pak maherpun meninggalkan icha dan mencari anak murid yang membuat gaduh pada saat upacara berlangsung..
Tiba-tiba seorang cowok kakak kelas yang berada di pinggirnya bertanya “Kenapa cha dihukum ya..?? makannya jangan ngobrol aja geh,, hehehe”
“Iya nie kak.. tadi Icha ngobrol sama temen kirain gak bakalan kedengeran sama guru,, hehehe,, kok kakak bisa tau nama icha dari mana..??” Icha merasa heran tiba-tiba kakak kelasnya tau namanya, padahal belum sempat kenalan,, tapi icha merasa udah gak asing lagi ngeliat wajahnya..
“kamu gak tau kakak soalya kakak waktu kelas XI pindahan cha sekolahnya,, kamu orang banjarsari kan.??”belum sempet ngejawab pertanyaan dari icha,, malah mengajukan pertanyaan lagi..
“Lho kok kakak bisa tau.?? Pertanyaan dari icha yang tadi jg belum di jawab udah ada pertantyaan lagi.. hmppp.. kakak bikin penasaran icha aja nie..”Icha makin penasaran..
“hahaha.. iya sabar dulu dong.. kakak tau aja nama kamu.. kakak orang Sari Asih, tetangga kampung kan kita..?? kakak juga sering liat kamu berdiri di depan rumah pagi-pagi nunggu sodara kamu kan..??”Menjelaskan secara ditail pada icha..
“Ooooowh... orang sari asih,, pantesan wajah kakak femiliar banget.. sesekali icha jg pernah liat kakak kali ya tapi gak begitu merhatiin Haha,,tau aja nie kakak tiap pagi icha nunggu sodra..Oh iya nama kakak siapa..??” icha tersenyum dan merasa ingin tau namanya..
“hahaha.. Tega banget sampe kakak gak di lirik sedikitpun.. hee,, nama kakak Akbar.. salam kenal ya cha..”Akbarpun bercanda dan memperkenalkan nama dirinya..
Saat mereka berdua asyik mengobrol tiba-tiba bel berbunyi tanda upacara telah selesai dan semua siswa berhamburan dan berlarian ke kelasnya masing-masing.. Seketika pandangan icha dan akbar pun tak terlihat lagi,,icha pun berjalan ke kelasnya.. dan akbar tetap pada posisi saat dia ngobrol berdua bersama icha,, berharap icha masih tetap berdiri di sekitar situ.. Keadaan lapanganpun hampir sepi, akbar mencari-cari icha tapi tak nampak di hadapannya.. akbar kecewa dia belum sempat meminta nomor handphone icha..
Dengan perasaan kecewa akbarpun berlari ke kelasnya..
Sesampainya akbar di kelas dia melamun dan seakan akan dia tidak mau berbaur bersama teman-temannya.. dia hanya merenung sendiri sambil menunggu guru masuk ke kelasnya dia duduk di kursi pojok kelas..
“heyy..!! bar.!! Loe bengong aja dari tadi bukanya gabung sama kita seru-seruan.. Loe kenapa sich.?? Lu punya masalah...???”Tanya Aji temen sekelasnya..
“Enggak kok..” akbar hanya menjawab sepentingnya aja..
“Gw gak percaya loe gak punya masalah, dari muka loe aja keliatan kebingungan.. yaudah sich cerita ke gw aja, loe mah gitu sob.. siapa tau aja gw bisa bantu gitu.. haha”Aji ingin membantu akbar yang tengah galau saat itu..
“Iya dech gw mau cerita sama loe tapi loe janji jangan d umbar-umbar di kelas..” akbar ketakutan kalau aji membongkar rahasianya di depan teman-teman sekelasnya..
“wah.... Parah lu sob.. sejak kapan gw pernah umbar-umbarin, selama ini loe cerita ke gw aman-aman aja kan..??!!” Aji merasa tersinggung dan sedikit membela diri..
“Iyaaaa.. Sory,, Sory,, huh loe mah langsung aja nyamber.. mirip emak gw loe.. haha jadi takut gw.. iya gw percaya sama loe kok.. ” akbar meminta maaf karena becandanya kelewatan sehingga membuat aji kesal..
“gw maafin tapi bayar 100 rb.. Oke!! Haha” aji meminta imbalan..
“Wew!! Dasar Loe mata duitan jangankan 100 rb, 100 jt juga gw gak punya.. hahaha”akbar sedikit belagu padahal dia juga gk punya uang sebanyak itu..
“NgOOoooook..!! bisa aja loe.. hahaha,, udah loe jangan banyak ngemeng cepet cerita gw juga penasaran nie.. ”aji menyuruh akbar cepet-cepet cerita karena dia merasa gak sabar..
Saat akbar ingin memulai bercerita tetapi ada halangan karena bu Ana guru Kimia mau masuk ke kelas mereka.. Mereka pun tidak sempat bercerita..
“Woy Perhatian..!! Bu ana mau jalan ke sini tuch, sik asyik nie pelajaran bu ana semangat banget gw.. Bohaaaaay gak nahan euy..  hahaha”Berdiri di depan kelas sambil memperagakan gaya bu ana,, dia Salah satu teman kelasnya akbar, yang bernama Fery sering benget nyeletuk membuat semua teman-temannya ketawa..
“waduh gasmew gimana mau ceritanya loe sob bentar lagi ayang gw mau ngajar..  Aha!! Istirahat aja kita cerita.. loe setuju gak..??” dengan Pdnya aji ikut nyeletuk tapi yang ngedenger hanya akbar..
“Waaaah loe parah loe.. itu emak gw tau...  haha,, Oke..!! istirahat aja..” akbar gak mau kalah dari aji..
“Wessssssss... sekali lagi loe ngomong gitu, emak loe yang ada di rumah loe, bakalan gw culik..”Aji menakuti akbar..
“Apa sich Loe GAJEBooOOOOO..!!! hahaahaa”akbar sengaja membuat aji agar dia tidak becanda lagi...
Bu ana pun memasuki kelas,, serentak wajah-wajah yang ada di kelas XII IA 2 sumbringah dan fresh.. Saat mengucapkan salam semua mata terpana melihat kecantikan dan ke sexian yang di miliki bu ana..
Saat belajar serius pun sempat-sempat saja becanda..
“Ibu mau bertanya..?? Boleh kan bu..??”Aji ingin mengajukan sebuah pertanyaan..
“Oh... Iya silahkan aji mau bertanya apa..?? Semuanya perhatikan ya pertanyaan dari aji” Bu ana meyuruh agar muridnya memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh aji..
“O2 apa sich bu..??” aji pura-pura gak tau, tapi ia ingin menanyakan secara langsung ke bu ana..
“oneng loe ji, anak SD juga tau kaleee..” akbar ngeledek..
“Diem lah lu bar.. gw mau tanya langsung ke bu ana.. boleh kan bu..??” aji menyuruh akbar diam, dan ia langsung menoleh ke hadapan bu ana..
“Akbar gak boleh seperti itu ya, semua pertanyaan bagi ibu bagus kok, dari pada tidak bertanya sama sekali.. O2 itu oksigen yang setiap hari kita hirup dan selalu ada di saat kita dimana pun berada, misalnya di rumah, sekolah, halaman dan di manapun pokoknya” Bu ana menjelaskan dengan detail dan penuh keseriusan dan di akhiri dengan senyuman membuat mereka merasa bu ana adalah sosok yang sempurna karena kebaikan dan keramahan sebagai guru..
“Owh berarti Oksigen atau O2 kaya ibu dong,, ada di fikiran aji terus dimana pun aji berada..  heeee”aji dengan lantang nyeletuk d depan teman-temannya.. ternyata pertanyaan aji hanyalah lelucon saja dan membuat teman-temannya serentak tertawa...
“Hahahahahahahaha” Semua teman-temannya menertawakan aji...
“ah aji suka ada-ada aja kamu ya..” bu ana menjawab sambil senyum..
Saat murid kelas XII IA 2 sedang bercanda tiba-tiba bel istirahat berbunyi dan bu ana mengakhiri pembelajarannya dan keluar dari kelas..
Akbar dan Aji pun keluar kelas, dengan penuh semangat aji mengajak Akbar ke kantin karena akbar lapar sekali..
“sob gw laper akut nie, k kantin yukz..??” aji mengajak akbar dengan nada penuh semangat..
“hayu, sama nie gw juga laper..” lalu akbar langsung menanggapi ajakan dari aji.
Sesampainya di kantin dan belum memesan tiba-tiba akbar terdiam,tatapannya mengarah pada gadis sederhana yang bernama icha itu, dia sedang duduk di kantin dan berbincang-bincang dengan temannya.
“woy bar..!! Bengong lagi, lu lagi ngeliatin apaan si serius banget kayanya, aaah lu lagi ngeliatain cewe-cewe itu yah.??”aji nyeleuk dengan nada tinggi. Sampai-sampai ibu-ibu kantin tersenyum.
“dasar anak muda yah yang lagi kasmaran, deketin atuh kalau suka mah.. hehe” ibu-ibu kantin ikut-ikutan menanggapi.
“Ah lu yah ji ngomong apaan sih kaga ngarti gw.. haha, jiakh ibu ini mau tau aja urusan anak muda, orang akbar lagi mikirin gak punya beras d rumah, makannya bengong.. hahaha”akbar malah membantah dengan memberikan lelucon kepada aji dan ibu-ibu kantin itu.
“Gw mesen nasi goreng, lu mau apa bar.? Oh gk mau yaudh kalo kaga mau.. haha” aji paling suka menindas akbar dengan celotehan-celotehnya.
“ah lu mah ya ji, gw belom jawab udah nyamber duluan kaya uler aja lu..!! gimana lu aja lah puyeng gw ngedengerin lu ngoceh.. haha” akbar merasa pusing menanggapi aji, dan berusaha untuk mengalah.
“hahaha, dih ngambek aje lu.. yaudh gw pesenin sama yah..”
“iye.. cowo-cowo bawel lu.. haha” akbar meledek..
“hahaha, eh lu kan tadi mau cerita sama gw pas sebelum bu cantik masuk, mau cerita apaan emang.?” aji tertawa dan langsung menanyakan tentang kejadian yang terjadi pada sahabatnya yang bernama akbar itu.
“Kaga kenapa-kenapa ji.... gw cma sedikit galau aja.. sebernya si gw suka sama salah satu cewek, dia adik kelas kita” akbar yang awalnya ragu menceritakan pada aji tapi akhirnya dia beubah fikiran.
“Nah loh terus masalahnya apa sampe lu segalau itu, ya lu cari tau nomor handephone nya lah, atau cari tau ke temen deketnya ke..”aji memberikan saran.
“iyah si, Cuma gw takut... takut kalo gw nnti bertepuk sebelah tangan ji”akbar merasa takut.
“lu tu cwo apa cewe, kaya baru kali ini aja ngdeketin cwe atau pcran.. payah” aji malah meledek akbar.
“Ji asal lu tau aja yah, menurut gw dia tu beda banget dari cwe-cwe laen tau, dia itu rumahnya kaga jauh dari rumah gw.. gw sering banget ngamatin dia, sering jg tanya-tanya k sodaranya.. hehe”akbar mencoba jujur.
“jiah, lu baru jujur sama gw.. wah parah lu parah.. jangan-jangan cewenya itu pas tadi d hukum wktu upacara.? Bner gak lu.?”aji mencoba menebak.
“Tebakan lu bner ji.. hebet juga lu.. hehe”akbar tak bisa mengelak, karena tebakan aji benar.
“Yaudah buat saat ini lu sabar aja bar, nnti gw bantu kok..” aji mncoba menenangkan sahabatnya itu.
Pada saat akbar sedang berbincang-bincang bersama aji. Icha pun melirik akbar dari kejauhan. Namun akbar tetap asyik ngobrol berdua.

Bersambung ..


  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site