Rabu, 17 April 2013

Merpati Putih

Posted by Unknown on 14.21




Merpati Putih
Karya eki prastyo

Siang itu asap tebal hitam mengepul, menggunung, merangkak ke atas perlahan demi perlahan berasal dari ban mobil bekas yang di bakar. Teriakan-teriakan menggelora menggunakan toa yang bersumber dari mulut seseorang kordinator aksi, menghentak dada pejalan kaki yang melintas sambil memandanginya.

Rudi adalah salah seorang aktivis kampus ternama di Indonesia dia mahasiswa sem 5 program studi teknik mesin dia nyaris tak pernah mengenal cinta. Berbadan tegap dan gagah. Dalam dirinya hanyalah bagaimana menyuarakan sebuah aspirasi ketika negara ini di luar dari koridor yang seharusnya.

“hai rud” sebuah tepukan dari belakang yang mengagetkan.

“Hai wan” sapa rudi.

Iwan adalah sahabat karib rudi dia mengenal rudi sejak di bangku sekolah menengah pertama. Sifat rudi yang begitu keras sudah tak asing lagi bagi iwan. Sejak awal mengenal rudi, pertengkaran kecil dan hebat sering terjadi. Maklum sifat rudi yang keras dan tidak mau mengalah menjadi faktor utama yang kini menjadi sahabat karib tersebut. Namun sifat iwan yang berbeda 360 derajat dengan rudi membuat persahabatan mereka saling melengkapi. Sifat iwan yang lebih tenang dan santai dan anti pergerakan.

“Bagaimana demo tadi rud ? berhasilkah bertemu bapak gubernur ?” tanya iwan. 

“Gagal aku wan, penjagaan brigade polisi itu begitu kuat dan sulit tuk di tembus” jawab rudi sambil menyeka keringat di lehernya menggunakan lap sapu tangan.

“Kasian sekali kamu rud..rudd teriak teriak tapi aspirasimu tidak dengar hahaha” ejek iwan.

“Biar saja, biar aku tegakan KEADILAN di negeri ini !!” jawab rudi dengan latang dan dengan nada jengkel. 

“Hahaha..omonganmu iku koyo sing wes bener bae dirimu iku rud” iwan terbahak-bahak.

 “Oya rud mau aku kenalkan dengan cewek tidak ? dia anak diksatrasia dia anaknya baik rud manis, putih dan senyumnya itu loh setiap laki-laki yang melihatnya pasti jatuh tersungkur” tanya iwan sambil mengangkat-angkat alis tebalnya.

“Buat kamu saja, aku lebih senang dengan statusku yang single, bebas dan tanpa aturan ataupun kekangan. Aku tak suka di atur aku tak suka di kekang !!” jawab rudi

“ohh yowiiss jangan nyesell yoo..” sambil pergi meninggalkan rudi sendiri.

***

“aduhh..” tiba-tiba kepala sinta terbentur buku.

Sinta adalah mahasiswi satu universitas yang sama dengan iwan dan juga berteman baik dengannya. Mahasiswi yang sedang menempuh program studi diksatrasia ini tergolong pintar, cantik dan juga romantis.

“Maaf mba.. maaf maaf” sambil merapihkan buku yang berjatuhan. seorang laki-laki penjaga perpustakaan meminta maaf.

“ohh iyah gak papa kok mas, oyah mas tau di mana buku tentang antologi puisi ??” tanya sinta.

“Ada di rak no 3 ‘kesusateraan’ mbak” jawab seseorang penjaga perpustakaan.

“oke terima kasih mas”  ucap sinta.

 Di pilih dan di lihatnya satu persatu buku. “hmm aku fikir ini buku yang aku cari” fikir sinta.
Sambil di pegangnya buku itu di dada dan bergegas ke arah kursi. Satu persatu secarik kertas demi secari kertas di buka di lihat dan di bacanya.
Sayapmu telah patah ketika kau hendak mengarungi separuh perjalananmu lagi.
Aku tak melihat, namun aku merasakan.
Aku diam bukan berarti aku tak berfikir.
Ceritakanlah, aku setia mendengarkanmu.
Aku ada untuk sebuah nyawa. Ajari aku tentang esensi cinta.
Cinta yang tak pupus terkisis oleh masa.
Aku akan mengingat pesanmu yang kemarin.
Terima kasih kau telah mengjariku bahwa cinta adalah bagian terindah dari cerita apapun.
-Ardi satrianugroho

“bagus sekali kata-katanya. Akan aku pinjam buku ini dan membacanya di rumah” berkata sinta dalam hati.
Bergegas sinta menuju lantai bawah untuk mimenjam buku kepada staff kampus yang bertugas pada bagian peminjaman.

“ini mbak bukunya”

“terima kasih” jawab sinta.

Ketika hendak keluar dari perpustakaan tiba-tiba “gedubrak” sinta ditabrak rudi yang saat itu sedang terburu-buru mencari buku refernsi buku untuk kuliah dan buku sintapun tercecer di lantai. Rudi tidak perduli dan bergegas melanjutkan masuk ke dalam perpustakaan untuk mencari buku.

“hei kamu !! isshhh !! sudah nabrak main pergi begitu saja. ” bentak sinta sambil merapihkan buku yang berantakan di lantai dan sintapun bergegas pergi meninggalkan perpustakaan.

***

Di kantin kampus rudi bertemu dengan iwan.

“Hai wan. Ada yang ingin gw ceritakan”dengan memasang wajah yang serius.

“ada apa rud ? mau demo di mana lagi emangnya ?” tanya iwan sambil smsan.

“bukan wan tapi ini soal wanita yang gw tabrak di depan perpustakaan kampus. Dia begitu cantik, putih dan tinggi. Dia benar-benar wanita cantik yang pernah gw liat wan.  Sayang, gw gak sempet kenalan dengannya karna gw buru-buru mencari buku refernsi Mata Kuliahnya pak yogi dosen killer tuh” jawab rudi dengan perasaan yang penuh penyesalan.

“oyah? Yang benar ?” tanya iwan

“iyah wan bbee...”

Tiba-tiba omongan rudi terpotong dari kejauhan perlahan demi perlahan. Seorang wanita menghamipiri tempat duduk iwan dan rudi ternyata itu adalah sinta.

“hai wan ? ada apa memanggilku kemari ” sinta bertanya kepada iwan.

“hai sin ?? duduk dululah aku ingin mengenalkanmu kepada lelaki yang sering aku ceritakan itu loh namaya rudi” jawab rudi.

“kamu !! kamu yang menabrakku kemarin sore di depan perpustakaan kan ? jadi kamu yang namanya Rudi ?!” tanya sinta sambil berapi-api. mimik wajah kesalnya sudah tak tertahankan lagi.
Dengan perasaan yang amat bersalah dan malu Rudi menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.

“Iiiiyyaaahh..mbaakk saya mintaa maaf” ucap rudi sambil menjulurkan tangan kanannya.

“maaf ! maaf!..gak bisa. Sudah nabrak langsung kabur ajah lagi” bentak sinta.

 “hei..heii ada apa ini ? ternyata kalian sudah saling mengenal ?? tanya iwan memotong percakapan mereka berdua.

“ini temanmu wan, sudah menabraku dia langsung pergi begitu saja tidak membantuku merapihkan buku yang aku pinjam di perpus” jawab sinta sambil memalingkan muka.

“sudah sudah kalian berdua kan sudah mahasiswa bukan anak SMA lagi dan kalian sudah dewasa semua ayoo saling memaafkan. Toh itu juga di luar dari kesengajaan” ucap iwan.

“baiklah aku akan memaafkan dan buat lo rud awas ya kalo melakukannya sekali lagi !” ancam sinta.

“terima kasih nyonya cantik J” ucap rudi.
Mereka bertigapun berbincang-bincang hingga rudi dan sinta berkawan baik berkat iwan

***

Lama kelamaan menjalin sebuah pertemanan dan kedekatan yang mereka jalin berdua timbulah rasa suka antara rudi dan sinta. Bahkan kedekatan mereka tegambar seperti sepasang merpati putih.
(kriiingggggg...krinnggg) tiba tiba suara handphone sinta berbunyi.

Sinta    : “hallo rud, ada apa ?”
Rudi    : “akhir pekan ini kamu ada kesibukan sin ?”
Sinta    : “akhir pekan ini aku gak ada kesibukan rud, kenapa ?”
Rudi    : “Aku ingin mengajakmu, ke suatu tempat yang romantis mau ?
Sinta    : “ohh okeh”
Rudi    : “sampai bertemu di akhir pekan”
Sinta    : “Sampai bertemu juga J
(tutututtttt..tututttt) 

***

Akhir pekan yang di nanti-nanti akhrinya tiba juga. di malam yang indah di bawah ribuan kerlap-kerlip bintang. Dengan pemandangan kolam renang di depan mata telanjang. Satu tempat makan khusus telah tertera bacaan “reserved” yang telah di pesan jauh-jauh hari oleh rudi. Hingga akhirnya mereka berdua tiba dan duduk secara romantis. Saling bertatapan wajah, berpegangan-tangan. Makanan yang lezat dan nikmat yang di sajikan terasa tak berarti ketika sepasang muda-mudi bermadu kasih.

“sinta ? peganglah satu merpati putih betina ini. dan aku akan memegang merpati jantan ini
Marilah kita sama-sama menerbangkannya” pinta rudi.

Sepasang merpati putih yang ia beli sore hari kemarin, ingin ia jadikan sebagai saksi dalam malam mereka berjanji.

“baiklah” dengan nada lembut sinta berucap.

Sepasang merpati itupun terbang bebas di angkasa, tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti.

“mau kah kamu menjadi pacarku sin ?” tanya rudi dengan degup jantung yang berdetak.

“tentu saja aku mau menjadi pacarmu” jawab sinta.

Selesai.
*Cerpen perdana karya Penulis

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site