Jumat, 22 Maret 2013

Kisah Semut dan Lalat

Posted by Unknown on 20.31



Kisah Semut dan Lalat
Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat. 


 “Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka. 
 Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.
 Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.
 Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
 Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?” 
 Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.” 

 Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda.

Kisah kelelawar yang kesepian

Posted by Unknown on 00.08

          
           Dikisahkan, ada seekor kelelawar yang tinggal di daerah pedesaan. Saat itu, si kelelawar sedang beristirahat dengan menggelantung terbalik di dahan sebuah pohon. Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari. 

            Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan. Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon. 


            Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya. Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh. 


        Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu. Si kelelawar bertanya pada mereka, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.


       Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya. Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat.


       Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang. 


        Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, "Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita." Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, "Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku." 


              Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri. Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.


Rabu, 13 Maret 2013

Teman seperjuangan, berjuang hanya untuk 1 kata ‘lulus’

Posted by Unknown on 22.33


Di sini di kampus ini, di prodi tercinta ini sebuah kebahagiaan kecil gw temukan. Berteman dengan orang-orang yang berjiwa pendidik tentulah amat menyenangkan, santun dalam bicaranya dan sopan dalam tingkah lakunya. Menjadikan mereka bagian dari perjuangan gw dalam menuntut ilmu di kampus. Meskipun dalam kenyataanya gw harus menerima takdir menjadi kaum minoritas dalam kelas karna hampir 90% mahasiswanya itu adalah wanita. Kecewa ? tentu. Hanya pada awalnya saja dan belum mampu beradaptasi. Akan tetapi setelah sekian lama mengenal sifat dan karakter masing-masing menjadikan kami (kaum laki-laki) dalam kelas menjadikan klop satu sama lain.
Sebut saja mereka adalah muchlis, andri, rizal, erus dan sigit. Kalau di buat boy band nama apa yang pantas yang di berikan untuk mereka ?  the erotic boy ? ahh tentu saja tidak -.- mereka bukanlah penari striptis. Hmm.. lupakan mereka adalah teman-teman seperjuangan gw dalam menuntut ilmu dan berjuang hanya untuk satu kata yakni ‘lulus’ meskipun kami berenam mempunyai kesibukan masing-masing gw sang penulis dengan organisasi Himanya, Andri dengan HMI’nya, Rizal dengan Pmii’nya. Dan untuk ketiga laki-laki lagi mereka masih mencari jati diri mereka di kampus.
Dalam pembelajaran di kelas jangan biarkan kami duduk menggerombol saat mata kuliah sedang berlangsung. Karna meskipun kami laki-laki tapi berisiknya melebihi ibu-ibu yang sedang arisan dan satu hal lagi jangan biarkan kami berada dalam satu kelompok karna itu tugas akan di anggap sepele selalu saja di tunda-tunda kalaupun selesai mungkin itu mengerjakannnya deadline.
Mengenai karakter tentu kami berenam mempunyai  karakter yang berbeda-beda.
Sigit lebih diam dan kemayu, rizal so stay cool, andri kaya anak autis gak mau diam, dan sosok yang berwibawa seperti muchlis wardana (Tapi bohong). Dan gw tentu saja si cowok pendiam yang gak banyak neko-neko. Hehe
Pernah suatu ketika hendak mengerjakan tugas kampus di kost.an muchlis gw bersama rizal mencoba untuk masuk dan ketika pintunya di buka alangkah terkejutnya melihat suatu pemandangan. Posisinya di kost.an mereka sedang bertiga (Muchlis, Andri, Erus) yang satu make koas singlet make celana panjang, yang satu lagi memakai celana pendek gak pakai kaos singlet, dan yang terakhir tidak pakai celana dan kaos singlet.
Jadi selama ini mereka Mahoooooooooooo...haha.
Entah awalnya bagaimana Tuhan menemukan kami berenam dan mengelompokannya dalam suatu kelas B prodi Pgsd.
Kita akan membahas Masalah asmara..
Mau tau bagaimana kisah asmara kami berenam ??
Mau tau ??
To be continue..
J 



Minggu, 10 Maret 2013

Antara satnight kemarin, sekarang dan esok

Posted by Unknown on 01.06


Akhirnya selesai juga menyelesaikan catatan yang satu ini J
ada apa dengan hari sabtu ? hari yang seolah-olah begitu spesial bagi para remaja pada umumnya . Hari yang di nanti-nanti setelah satu minggu beraktifitas. Berdandan hingga elok pada malam hari dan menanti suara handphone berbunyi berharap dari sang pujaan hati.
 Sepasang kasih yang bermadu kasih di bawah ribuan bintang yang bergelantungan di langit. Mata yang saling bertatapan, tertawa lepas, berpegangan dengan eratnya tangan. Indah sekali kuperhatikan. Ku genggam handphoneku, ku pegang kameraku teringat saat aku dengan seseorang bagian dari masa laluku ketika aku berada di posisi tersebut. Tapi sayang itu hanya bagian dari serpihan masa lalu.
Ku terperajat dari tempat tersebut membeli sebotol minuman aqua dan duduk sambil mengingat secercah serpihan masa lalu. Andai dia ada di sini, tentulah aku tak sendiri. Berbagi tawa dan canda, bercerita apapun di ceritakan entah hal yang tak penting sekalipun menjadi bagian dari bahan obrolan. Hal seperti ini sudah tak asing lagi bagiku semenjak lulus dari SMA dan berpisah dari teman-teman. Tapi ini bukanlah sebuah rutinitas terkadang apabila ada yang mengajak berolah raga aku akan pergi ikut, atau ada yang mengajak sekedar hunting foto itu tak masalah selama itu membuat aku have fun atau hanya duduk di depan tv menonto acara sepak bola. tapi tak ayal seorang wanita lebih aku rindukan berdiri di sampingku di banding itu semua.
 Satnight kemarin, sekarang maupun esok mungkin tak akan ada bedanya selama aku belum bisa memperbaiki diri untuk menjadi seseorang yang layak tuk di cintai. Aku yakin itu semua butuh proses yang panjang entah kapan itu tak penting bagiku tapi aku yakin dan percaya akan hal itu. Tuhan lebih mengetahui dari makhluknya
Hingga suatu saat satnight itu kan tiba aku bawa bidadari tak bersayap itu menemaniku dalam pekatnya malam minggu di tengah kerumunan orang yang tengah berpacaran kan ku genggam ia dengan sentuhan kasih sayang yang tulus.
Hehe.





Jumat, 01 Maret 2013

Bahagiaku surga mereka, Deritaku pilu mereka

Posted by Unknown on 20.18


Kebahagian akan terasa lebih lengkap apabila kita di kelilingi oleh orang-orang yang kita cintai. Berbicara tentang cinta, ada beberapa orang yg tentunya tidak di ragukan lagi ketulusan cintanya. Dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untuk kita yaitu keluarga terutama orang tua. keberhasilan dan perjuangan yang kita capai hari ini tidak terlepas dari cinta, kasih sayang, dukungan serta bimbingan dari orang tua.                                
       
                               Bahagiaku surga mereka dan deritaku pilu mereka 
                                                          karya febby
aku berdiri mengenakan toga ini di sebuah jalan setapak yang gelap. Pandanganku tertuju pada dua orang di kejauhan sana, dengan senyuman yang tak asing di mataku. Dua orang yang sangat aku hargai, dua orang yang sangat aku hormati, aku cintai dan aku sayangi. Yah.. mereka ayah dan mamahkuku dengan di sertai senyuman aku berjalan menghampiri mereka. Seiring dengan langkah terlintas di benaku atas apa yang telah mereka lakukan terhadap hidupku selama ini. mamah yang telah mengandungku selama 9 bulan, mamah  yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku dapat hadir di dunia ini, mamah juga yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Ayah yang telah mendidikku, ayah yang rela bekerja banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup detik demi detik, hari demi hari bahkan tahun demi tahun. Apakah yang dapat kulakukan untuk membalas mereka ? sering aku tutup kuping gak mau dengerin nasihat mereka, sering banget aku berbohong pada mereka demi kepuasanku, sering aku melawan jika mereka marah karna kenakalanku, sering juga aku banting pintu di dahadapan mereka jika mereka tak mengabulkan permintaanku, dan bahkan sering juga aku mengeluarkan kata-kata kasar yang gak pantas mereka dengar dari bibirku. Tapi, apakah mereka memendam perasaan dendam terhadapku ?? Tidak ! tidak sama sekali. Mereka dapat tulus memaafkan kekhilafanku, merekea tetap menyayangiku di setiap hembusan nafas mereka, bahkan mereka tetap menyebut namaku  dalam setiap doa-doa mereka, hingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Ya tuhaannnn.....betapa durhakanya aku, tak sadarkah aku bahwa mereka orang yang sangat berarti dalam hidupku.
langkah langkahku terhenti di hadapan mereka. Dan ku pandangi ayah dan mamahku inci demi inci, badan yang dulu tegap, kekar kini mulai membungkuk, rambut yang dulunya hitam, kini mulai memutih, dan kulit mereka yang dahulu kencang kini mulai berkeriput, ku tatap mata mereka yang berbinar binar dan mulai menetskan air mata bahagia, air mata haru, air mata bangga saat melihatku memakai toga ini. Kucium tangan mereka, ku peluk mereka sambil berkata, ayah.. mamah... yang kuberikan saat ini tak cukup untuk membalas kebaikan yang ayah mamah berikan selama ini padaku,terima kasih yah terima kasih mah aku sayang ayah dan mamah smpai akhir hayatku.
Terima kasih ~

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site